Untuk yang Lelah Tanpa Banyak Kata: Selamat Hari Buruh
Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional sebagai penghormatan atas perjuangan para pekerja. Bagi umat Islam, ini menjadi momen penting untuk merenungkan makna bekerja dalam perspektif Islam, serta mengambil teladan dari Nabi Muhammad SAW dalam hal etos kerja, kemandirian ekonomi, dan integritas dalam profesi.
Islam memandang bekerja bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan ibadah yang bernilai tinggi jika diniatkan dengan benar dan dilakukan secara halal. Allah SWT berfirman:
َؤَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“Dan bahwa manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)
Usaha dan kerja keras adalah bagian dari tanggung jawab manusia, dan hasil yang diperoleh adalah buah dari jerih payahnya sendiri. Maka, setiap tenaga yang dikeluarkan dalam bekerja menjadi bagian dari pengabdian kepada Allah SWT.
Nilai-nilai luhur dalam bekerja berupa kejujuran, amanah, tanggung jawab, disiplin, dan profesionalisme.
Rasulullah SAW bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ…
“Tidak ada seorang pun yang makan makanan lebih baik dari hasil kerja tangannya sendiri…” (HR. Bukhari no. 2072)
Etos ini sangat relevan dalam momentum Hari Buruh, di mana penghargaan terhadap para pekerja harus diwujudkan dalam kebijakan yang adil, gaji yang layak, dan suasana kerja yang manusiawi. Islam menekankan kemandirian dalam mencari nafkah, bahkan Rasulullah SAW melarang umatnya menjadi peminta-minta. Beliau bersabda:
لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً… خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا
“Jika salah seorang dari kalian memikul seikat kayu di punggungnya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain…” (HR. Bukhari)
Bekerja adalah bentuk kemuliaan, bukan sekadar keterpaksaan. Islam mendorong setiap individu menjadi produktif dan mandiri, agar hidup bermartabat.
Sebelum diangkat menjadi Nabi Muhammad SAW telah dikenal sebagai pedagang muda yang sukses dan terpercaya. Ia bekerja pada seorang saudagar wanita terhormat, Siti Khadijah RA. Integritas dan kejujurannya membuat Khadijah terkesan dan akhirnya meminangnya. Kisah ini menjadi inspirasi bahwa kesuksesan lahir dari etos kerja yang baik, kejujuran, dan tanggung jawab.
Hari Buruh seharusnya tidak hanya diperingati dengan aksi, tetapi juga menjadi sarana muhasabah (introspeksi). Bagi pekerja apakah kita sudah bekerja dengan niat ibadah dan akhlak mulia? Bagi pemberi kerja apakah kita telah memperlakukan para pekerja dengan adil.
أَعْطُوا الْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
“Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah, sahih).
Dalam islam martabat pekerja menyiratkan bahwa semua jenis pekerjaan yang sah layak mendapatkan rasa hormat yang sama, baik secara fisik maupun mental.
Adapun hak-hak buruh dalam pandangan islam antara lain:
- Hak atas upah yang layak (QS. Al Ahqaf:19): Upah harus sebanding dengan nilai kerja bukan sekedar minimum.
- Hak atas perlindungan sosial (QS. An Nur): Negara dan masyarakat wajib melindungi pekerja dari kehinaan ekonomi.
- Hak atas waktu istirahat (HR. Bukhari): Rasulullah SAW bersabda agar buruh tidak dipaksa melebihi batas kemampuannya.
- Hak atas keamanan dan keselamtan kerja: Islam melarang segsala bentuk kekerasan atau ekspoitasi terhadap kerja.
Rasulullah adalah teladan dalam memperlakukan buruh. Beliau tidak pernah menunda upah kerja, tidak membebani mereka melebihi batas kemampuan, dan memperlakukan mereka sebagai manusia seutuhnya. Sebuah teladan yang sangat relevan di era kapitalisme digital yang sering memperlakukan buruh hanya sebagai angka-angka produktivitas.
Hari buruh internasional adalah hari pengingat bahwa tidak ada pembangunan tanpa buruh. Mereka adalah fondasi ekonomi, kekuatan sosial, dan harapan masa depan. Alquran dan teladan Rasulullah SAW telah memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana memperlakukan buruh secara adil dan manusiawi. Sudah saatnya kembali kepada nilai-nilai wahyu.
Memberi upah sebelum keringat mengering, memperlakukan buruh sebagai saudara, dan menjamin hak-haknya sebagai manusia. Karena di mata islam, buruh bukan hanya alat produksi, tapijuga pemilik kehormatan dan harga diri.
Selamat hari buruh internasional. Semoga Hari Buruh menjadi titik tolak untuk mewujudkan keadilan kerja, memuliakan pekerja, dan menjadikan setiap pekerjaan sebagai jalan menuju ridha Allah SWT. Semoga keadilan sosial benar-benar menjadi kenyataan, bukan sekedar slogan.
Editor: Siti Lidiana